Senin, 01 Oktober 2012

Elearning Dapat membantu karakter Pelajar Menjadi Positif

Di zaman era ini dunia digemparkan dengan tindakan seorang guru yang mencintai seorang muridnya yang masih dibawah umur, menurut sumber dari detik.com bahwa Jeremy adalah seorang guru matematik disekolah Bishop Bell di Eastbourne Inggris. Disekolah tersebut dia bertemu dengan Megan murid yang belakangan dicintai oleh Jeremy.




Guru berusia 30 tahun itu dilaporkan membawa kabur Megan sejak 20 september 2012. Megan tidak pulang sejak saat itu. Dia hanya bilang kepada ibunya Danielle (37) bahwa dia akan menginap dirumah temannya.

Pencarian besar-besaran oleh pihak keluarga, baik melaporkan kepada polisi maupun media lain termasuk pers, dan alhasil pada 28 September 2012, Megan dan Jeremy ditemukan di Bordeaux, Prancis. Megan dipulangkan kerumah keluarga sedangkan Jeremy ditahan di kepolisian dan masuk penjara dengan tuduhan penculikan dibawah umur.

Begitu indahnya sebuah kisah cinta antara Megan dan Jeremy tetapi di lain pihak bahwa perbuatan yang mereka lakukan melanggar norma sosial karena mencintai seorang kekasih di bawah umur.

Dalam hal ini kita bisa lihat bahwa keluarga memegang peranan penting pembentukan karakter seorang anak/pelajar dalam menghadapi lingkungannya maupun pendidikannya, anak yang masih dibawah umur masih mempunyai emosi yang sangat labil. Mereka biasanya ingin mengetahui dan biasanya dipraktekan, untuk kegiatan yang positif  it's ok mereka kerjakan tetapi bagaimana kalau mereka melakukan kegiatan yang negatif?

Dilain pihak sekolah merupakan jembatan ilmu pengetahuan buat mereka, baiknya sekolah atau diknas harus bisa memahami dan mengarahkan seorang pelajar supaya tidak melakukan perbuatan negatif. Contohnya akhir-akhir ini yang masih hangat dibicarakan mengenai tawuran yang menewaskan seorang  murid. Ini merupakan pukulan berat untuk Diknas dan sekolah untuk bagaimana memecahkan dan megarahkan supaya pelajar tidak melakukan hal yang negatif tetapi menerima hal yang positif.

Kemungkinan itu bisa terjadi apabaila kita bisa melaksanakannya baik dari pihak keluarga, sekolah maupun diknas mengenai pembelajaran etika. Pembelajaran tersebut baiknya yang bisa di pahami oleh seorang pelajar, dengan kita buat sebuah pembelajaran berbasis animasi akan dapat diterima oleh mereka.

Animasi sangat mudah dipahami oleh mereka karena pembelajaran secara visual (contohnya animasi) lebih bisa cepat ditangkap oleh otak kita terutama oleh murid. Pembelajaran animasi ini juga disebut pembelajaran yang berbasis elearning, karena elearning dapat diterapkan baik secara offline (contohnya cd,dvd) maupun secara online (contohnya website, server sekolah, server Diknas) sehingga pelajar dapat mudah menerima pembelajaran khususnya pembelajaran etika secara animasi.

Perlu waktu untuk melakukannya tetapi alangkah baiknya langsung action karena kalau kita banyak memperhitungkannya contohnya budget/biaya maka kita tidak dapat merubah seorang murid menjadi lebih baik lagi.

regards,
Gerry Rachmadi
087722203366

Tidak ada komentar:

Posting Komentar